Kodak tutup. Bangkrut! Nokia bingung. Kehilangan
pijakan. Starbucks jualan bir: “beyond coffee” kilahnya. Operator telco tambun
limbung, digembosi Google atau Skype. Bank kebat-kebit karena tren “The death
of cash”. Long tail champions seperti kanker menggerogoti irrelevant
incumbents. Outliers seperti Zipcar atau Groupon marak layaknya jamur di musim
hujan.
Bisnis kini menjadi
kian sulit. Bisnis menjadi kian suram… bagi mereka-mereka yang picik dan bebal.
Sebaliknya, Bisnis begitu moncer bagi visionaries. Bisnis begitu
gilang-gemilang bagi para whitespace inventor.
Kini kita memasuki era yang luar biasa, “the era of
billions of opportunities”. Landskap bisnis mengalami gempa tektonik yang
memporak-porandakan, persis seperti digambarkan dalam film kiamat: 2012.
Creative destruction terjadi di hampir seluruh industri. Killer apps
bergentayangan terus mengintai mangsanya. Model bisnis lama hancur dibilas
dengan bisnis model baru yang lebih cool. Dalam lanskap yang baru ini inovasi
model bisnis bukan lagi kemewahan, tapi sudah menjadi mainstream.
Berikut ini adalah tiga creative destruction yang
bakal memporak-porandakan bisnis Anda kini dan seterusnya. Creative destruction
itu akan menjadi asset bagi Anda yang memilih menjadi pemenang, tapi menjadi
liabilities bagi Anda yang memilih menjadi pecundang.
Customers Are Connected
Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia,
setelah ditemukannya social technologies konsumen menjadi terhubung satu sama
lain membentuk jejaring (customer network). Jejaring konsumen ini berelaborasi
menjadi cluster-cluster konsumen karena adanya satu minat atau tujuan yang sama
(common interest) sehingga membentuk komunitas. Dengan medium jejaring sosial
(social network) komunitas ini tumbuh demikian subur di mana antar anggota
komunitas berinteraksi satu sama lain (melakukan conversation, engagement,
cocreation).
Kalau sudah begini, maka Internet akan berisi
jutaan bahkan miliaran komunitas konsumen yang saling terkoneksi dan
berinteraksi satu sama lain secara natural tanpa satu pun instiusi yang bisa
mengatur dan mengontrolnya. Mereka akan menjadi sebuah kekuatan massif yang
sangat powerful dalam berhadapan dengan pemilik merek. Kasus “Dell Hell”, “Koin
Untuk Prita”, hastag #25Jan atau #Suez dalam revolusi rakyat di Mesir, adalah
sinyal-sinyal awal betapa konsumen menjadi demikian digdaya karena adanya
social technologies.
Karena customer metamorphosis ini, saya confident
mengatakan bahwa: “the future of marketing is community marketing”. Ketika kita
berbicara community marketing maka rumus-rumus marketing secara fundamental
akan berubah: dari “vertical” ke “horizontal”; dari “one to many” ke “many to
many”; dari “selling” ke “facilitating”; dari “broadcasting” ke
“participating”; dari “exploitative” ke “cocreative”; dari “selfish” ke
“giving”.
Consumption Becomes Collaborative
Jakarta macet karena setiap orang membeli mobil.
Jakarta pekat asap hitam karena setiap orang memiliki mobil. Kenapa tidak
memiliki hanya satu mobil yang dipakai secara beramai-ramai (sharing) di antara
katakan 10 atau 15 warga Jakarta secara bergantian. Kalau ini bisa dilakukan,
maka populasi mobil di Jakarta akan kecil, kepulan asap yang disemburkan
knalpot akan kecil, jalanan Jakarta lebih nggak macet. Dan kalau kemacetan dan
polusi bisa dipangkas, maka manfaat sosial yang dihasilkan akan luar biasa.
Itulah ide dasar di balik apa yang disebut
collaborative consumption. Ketika konsumen terkoneksi satu sama lain dan social
technologies telah tersedia, maka “konsumsi berjamaah” yang dijalankan dalam
peer-to-peer platform ini dimungkinkan. Model bisnis inilah yang melandasi
operasi perusahaan-perusahaan masa depan seperti Zipcar, Zilok, atau Freecycle.
Dengan collaborative consumption kita tak perlu
memiliki produk yang kita konsumsi: “What’s mine is ours”. Itu sebabnya model
bisnis ini sangat menghemat sumber daya. Dan karena hemat sumber daya, ia
menjadi solusi luar biasa bagi bumi yang kian pucat dan kurus. Collaborative
consumption tak hanya berlaku untuk mobil, tapi berlaku produk dan layanan
apapun. Saya meramalkan bisnis-bisnis dengan platform collaborative consumption
akan menjadi deadly business model yang akan meruntuhkan banyak model bisnis
tradisional yang usang dan tak relevan.
Bits Is the Killer App
Transformasi terbesar yang dihadapi umat manusia di
abad 21 ini adalah revolusi dari “atoms” ke “bits”. Revolusi itu seperti
tornado yang menyapu bersih apapun yang dilewati. Tornado itu membumihanguskan
pecundang, sekaligus menyisakan pemenang. Google dan Facebook menjadi raksasa
baru dalam waktu superkilat karena kesigapannya melalui revolusi atoms ke bits.
Sebaliknya, Kodak terpaksa tutup karena tak berdaya melewati revolusi atoms ke
bits. Kodak tak mulus menjalani transisi dari fotografi analog ke fotografi digital.
Bits is the killer app. Banyak korban berjatuhan
karenanya. Borders “dibunuh” oleh Amazon. Toko CD “dibunuh” oleh iTunes.
Penerbit cetak “dibunuh” oleh Lulu.com. Layanan interlokal “dibunuh” oleh
Skype. Ensiklopedia Britanica “dibunuh” oleh Wikipedia. Koran dan majalah
“dibunuh” oleh blog.
Ketika informasi dipaket dalam bentuk bits, maka
informasi kemudian tersedia secara berlimpah (abundant), begitu mudah
didapatkan dan dicari (findable/searchable), dan yang terpenting ia menjadi
grastis (free). Ketika pengetahuan dipaket dalam bentuk bits, maka ia kemudian
menjadi seperti O2 yang tersedia secara berlimpah dan gratis. “Once something
becomes bits, it inevitably becomes free.” Ini memicu terciptanya model bisnis
paling mematikan saat ini yaitu “free business model”.
Saya melihat, tiga fenomena di atas merupakan
persoalan besar di depan mata yang harus dibereskan setiap marketer. Tiga
pertanyaan tersebut tak gampang dicari jawabannya karena melibatkan perubahan
rule of the game pemasaran yang begitu fundamental. Untuk melakukannya marketer
harus menciptakan inner sense of urgency. Ia harus berani keluar dari zona
nyaman dan berani membalas creative destruction yang menimpa industri dengan
creative destruction dalam paradigma dan pendekatan pemasaran yang digunakan.
Persoalan pelik yang selalu mengiringi sebuah
perubahan paradigma adalah begitu perkasanya legacy masa lampau dalam
mengungkung pikiran kita. Legacy inilah yang membuat otak kita beku. Dengan
beku otak kita akan menganggap resep-resep mujarap masa lalu sebagai yang
terbaik dan terbenar; sementara paradigma dan pendekatan baru adalah teroris
yang sedari dini harus ditumpas. Di tengah kebekuan, otak kita memerlukan
rebooting untuk menjadi kanvas putih-bersih.
Hanya dengan terus belajar dan paranoid terhadap
setiap perubahan kita akan menjadi brand gardener yang hebat. Kuncinya
sederhana: “Jangan menjadi (seperti) Kodak!!!”
sumber Facebook @ Kampung Wirausaha
Kreatif Lahir dan Batin
Kreatif dalam berfikir - Kreatif dalam bekerja - Kreatif dalam beragama.
03 Mei 2012
18 April 2012
Sesat dan Menyesatkan
Oleh KH. Said Agil Siroj, Ketua Umum PBNU
SUMBER : KOMPAS, 13 April 2012
SUMBER : KOMPAS, 13 April 2012
Ada celotehan yang muncul: mengapa perbedaan—khususnya di ranah internal agama—saat ini terlihat semakin ganas. Mudah bersitegang, tidak pernah tuntas, ujungnya saling menyalahkan. Jangan murka dulu. Keluh kesah itu layak ditanggapi secara bijak. Seeing is believing, fakta yang bicara. Apanya yang fakta? Kepenasaran kembali meluncur. Bukankah beda pendapat dalam segala hal sah-sah saja?
Dunia ini diciptakan sudah bermacam rupa. Mustahil untuk bisa dipersatukan. Tuhan menciptakan manusia dan seisi alam ini beragam supaya manusia saling memahami dan mengenali satu sama lain (lita’arafu). Penyeragaman terjadi karena ulah manusia yang didasari unsur luaran, semisal kepentingan politik. Menyejarah Sulit dielak, fakta keragaman dalam pemahaman internal keagamaan sering kali mencuat. Sungguh, fakta tersebut sudah terjadi jauh-jauh silam. Dalam sejarah Islam, perbedaan pemikiran bukan sesuatu yang ”najis”. Vonis penajisan hanya ”dibakukan” dalam kelompok yang meyakini kebenaran pendapatnya, lalu menvonis pihak lain sebagai sesat. Baku hantam pun kerap mewarnai perjalanan dalam pencarian kebenaran. Sejarah juga mencatat, hiruk-pikuk polemik dan kontroversi telah mewarnai pemikiran umat Islam sedari dulu. Sengitnya perdebatan antara Muktazilah, Murjiah, Rafidhah, dan Ahlussunnah, misalnya, telah direkam rinci oleh Abdul Qohir ibn Thahir ibn Muhammad al-Baghdadi dalam kitab al-Farqu bain al-Firaq. Dalam kitab tersebut terpapar dengan jelas kemajemukan pemahaman keagamaan. Masyhur diketahui, dulu ada sekte khawarij yang mengaku pembela Islam yang paling orisinal. Mereka ini berslogan ’la hukma illa Allah’, tidak ada hukum kecuali yang datang dari Allah. Mereka hendak memancangkan kedaulatan hukum Allah. Saking militannya untuk membela Islam, mereka jadi kalap dan tega-teganya mengafirkan kubu Ali bin Abu Thalib dan kubu Muawiyah bin Abu Sufyan yang terlibat dalam Perang Shiffin. Dalihnya, kedua kubu tersebut telah keluar dari Islam karena menempuh ”tahkim” (arbitrase) demi mengakhiri perang saudara di antara mereka. Bagi khawarij, model arbitrase dianggap identik dengan berhukum berdasar aturan manusia, bukan aturan Allah. Karena itu, hukum yang pantas adalah vonis kekufuran dan hukum mati. Tak ayal, pada Ahad pagi, 17 Ramadhan 40 H, Ali bin Abi Thalib dibunuh di Kuffah. Pembunuhnya adalah Abdurrahman Ibnu Muljam. Sebenarnya yang akan dibunuh ada dua orang lagi, yakni Gubernur Syam (Suriah) Muawiyah bin Abu Sofyan dan Gubernur Mesir Amr bin Ash. Kedua pemimpin Islam ini akan dibunuh masing-masing oleh Abdul Mubarok dan Bakr Attamimi.
Saat ini pun muncul jemaah-jemaah Islam yang dengan ”pede”-nya tidak henti memojokkan Muslim lain sebagai ahli bidah, bahkan musyrik. Presiden SBY dan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini pun sudah sering ditunjuk-tunjuk sebagai penguasa dan negeri thoghut karena tidak mau menerapkan hukum syariah. Tuduhan-tuduhan terhadap ulama di luar kelompoknya juga kerap meluncur seperti tuduhan ulama sesat (su’) hanya karena berbeda cara pengambilan dasar pemikiran (istinbath al-hukm). Ada pula doktrin dari suatu jemaah tertentu yang melarang menikahi seseorang yang jarang atau tidak pernah menjalankan shalat berjemaah. Kumpul-kumpul dengan kelompok yang dicap ahli bidah juga dilarang. Ukuran ’jidat hitam” atau beda cara berbusana pun bisa menjadi arena pertikaian.
Sebenarnya, jauh sebelumnya, di negeri kita muncul beberapa kelompok Islam yang kehadirannya menghebohkan sehingga dilarang. Contoh yang terkenal adalah Islam Jamaah, DI/TII, Baha’i, Inkarus Sunnah, Darul Arqam, gerakan Usroh, aliran-aliran tasawuf berpaham wahdatul wujud, tarekat Mufarridiyah, juga gerakan Bantaqiyah (Aceh). Termasuk di dalamnya Ahmadiyah dan Syiah. Sederet fakta di atas kiranya bisa jadi gambaran betapa sikap saling sesat-menyesatkan terus bergulir selaju derap perkembangan zaman. Porosnya adalah sikap yang mengklaim terhadap kebenaran pendapatnya serta merasa diri sebagai yang paling benar dan selamat (firqah al-najy). Di Balik Penyesatan Kelompok yang divonis sesat atau sempalan selalu dipandang sebagai kelompok yang memisahkan diri dari ortodoksi yang berlaku. Di sini menebal keyakinan bahwa yang sesat adalah sesat; ada fatwanya atau tidak. Dulu, kita ingat saat panas-panasnya ribut antara kalangan Islam modernis dan kalangan tradisionalis, selalu muncul sikap saling tuding sesat-menyesatkan. Dari sudut pandangan ulama tradisional, kaum modernis adalah sesat, sedangkan kaum modernis justru menuduh lawannya menyimpang dari jalan yang lurus. Kelompok yang dituduh sesat tentu saja juga menganggap dirinya lebih benar daripada lawannya. Biasanya mereka justru merasa lebih yakin akan kebenaran paham atau pendirian mereka. Bahkan, sering kali mereka cenderung eksklusif dan kritis terhadap para ulama yang mapan.
Sepanjang sejarah Islam telah terjadi berbagai pergeseran dalam paham dominan, yang tidak lepas dari situasi politik. Dalam banyak hal, ortodoksi didukung oleh penguasa, sedangkan paham yang tak disetujui dicap sesat. Persoalan ortodoksi atau otoritas keagamaan terlihat sebagai sesuatu yang bisa berubah menurut zaman dan tempat. Ada kadar kontekstual. Paham Asy’ariyah pada masa Abbasiyah pernah dianggap sesat saat ulama Mu’tazililah yang waktu itu didukung penguasa merupakan golongan yang dominan. Bahwa akhirnya paham Asy’ari-lah yang menang juga tidak lepas dari faktor politik. Contoh lain di Iran. Syiah berhasil menggantikan Ahlussunnah sebagai paham dominan baru lima abad belakangan. Seperti diketahui, Syiah Itsna ’asyara kini merupakan ortodoksi di Iran. Sampai abad ke-10 H (abad ke-16 M), mayoritas penduduk Iran masih menganut mazhab Syafi’i. Paham ini baru dominan setelah dinasti Safawiyah memproklamasikan Syiah sebagai mazhab resmi negara dan mendatangkan ulama Syi’ah dari Irak Selatan.
Komunikasi Dalam agama selalu ada yang sifatnya dogma (ma’lumun min al-diny bi al-dharurah). Ini jangan diulik-ulik, sebaliknya harus dihampiri dengan iman. Makanya, ketika muncul aliran-aliran ”aneh” seperti Lia Eden atau Al-Qiyadah yang mengaku-aku ”nabi” dengan menafikan ajaran yang sifatnya ritual, seperti tak wajib shalat lima waktu, sontak disikapi secara tandas. Aliran-aliran tersebut dihukum melenceng dari ajaran Islam yang baku. Kata ”sesat” sendiri di dalam Al Quran berasal dari akar kata dhalalah, yang dengan segala bentuk derivasinya disebutkan 193 kali. Bermacam-macam sifat dan perilaku manusia oleh Al Quran dinyatakan sebagai orang-orang yang sesat. Jangan lupa, ”penyesatan” juga dibidikkan kepada orang-orang zalim serta orang yang suka hidup mewah, berlebihan, dan korupsi.
Secara teoretis kita bisa meramalkan, semakin dekat ortodoksi kepada kemapanan politik dan ekonomi, semakin kuat kecenderungan radikalisme gerakan kelompok yang diinisiasi sesat. Nah, disinilah perlunya dialog dan komunikasi secara terus-menerus, tidak hanya bereaksi dengan melarang-larang. Terputusnya komunikasi akan mengandung bahaya. Para tokoh agama perlu kembali memberikan perhatian lebih kepada umat dengan memberikan pemahaman keagamaan yang lebih mendalam agar masyarakat merasakan keteduhan dalam beragama serta meminimalkan ketegangan yang merusak harmoni keindonesiaan.
Dunia ini diciptakan sudah bermacam rupa. Mustahil untuk bisa dipersatukan. Tuhan menciptakan manusia dan seisi alam ini beragam supaya manusia saling memahami dan mengenali satu sama lain (lita’arafu). Penyeragaman terjadi karena ulah manusia yang didasari unsur luaran, semisal kepentingan politik. Menyejarah Sulit dielak, fakta keragaman dalam pemahaman internal keagamaan sering kali mencuat. Sungguh, fakta tersebut sudah terjadi jauh-jauh silam. Dalam sejarah Islam, perbedaan pemikiran bukan sesuatu yang ”najis”. Vonis penajisan hanya ”dibakukan” dalam kelompok yang meyakini kebenaran pendapatnya, lalu menvonis pihak lain sebagai sesat. Baku hantam pun kerap mewarnai perjalanan dalam pencarian kebenaran. Sejarah juga mencatat, hiruk-pikuk polemik dan kontroversi telah mewarnai pemikiran umat Islam sedari dulu. Sengitnya perdebatan antara Muktazilah, Murjiah, Rafidhah, dan Ahlussunnah, misalnya, telah direkam rinci oleh Abdul Qohir ibn Thahir ibn Muhammad al-Baghdadi dalam kitab al-Farqu bain al-Firaq. Dalam kitab tersebut terpapar dengan jelas kemajemukan pemahaman keagamaan. Masyhur diketahui, dulu ada sekte khawarij yang mengaku pembela Islam yang paling orisinal. Mereka ini berslogan ’la hukma illa Allah’, tidak ada hukum kecuali yang datang dari Allah. Mereka hendak memancangkan kedaulatan hukum Allah. Saking militannya untuk membela Islam, mereka jadi kalap dan tega-teganya mengafirkan kubu Ali bin Abu Thalib dan kubu Muawiyah bin Abu Sufyan yang terlibat dalam Perang Shiffin. Dalihnya, kedua kubu tersebut telah keluar dari Islam karena menempuh ”tahkim” (arbitrase) demi mengakhiri perang saudara di antara mereka. Bagi khawarij, model arbitrase dianggap identik dengan berhukum berdasar aturan manusia, bukan aturan Allah. Karena itu, hukum yang pantas adalah vonis kekufuran dan hukum mati. Tak ayal, pada Ahad pagi, 17 Ramadhan 40 H, Ali bin Abi Thalib dibunuh di Kuffah. Pembunuhnya adalah Abdurrahman Ibnu Muljam. Sebenarnya yang akan dibunuh ada dua orang lagi, yakni Gubernur Syam (Suriah) Muawiyah bin Abu Sofyan dan Gubernur Mesir Amr bin Ash. Kedua pemimpin Islam ini akan dibunuh masing-masing oleh Abdul Mubarok dan Bakr Attamimi.
Saat ini pun muncul jemaah-jemaah Islam yang dengan ”pede”-nya tidak henti memojokkan Muslim lain sebagai ahli bidah, bahkan musyrik. Presiden SBY dan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini pun sudah sering ditunjuk-tunjuk sebagai penguasa dan negeri thoghut karena tidak mau menerapkan hukum syariah. Tuduhan-tuduhan terhadap ulama di luar kelompoknya juga kerap meluncur seperti tuduhan ulama sesat (su’) hanya karena berbeda cara pengambilan dasar pemikiran (istinbath al-hukm). Ada pula doktrin dari suatu jemaah tertentu yang melarang menikahi seseorang yang jarang atau tidak pernah menjalankan shalat berjemaah. Kumpul-kumpul dengan kelompok yang dicap ahli bidah juga dilarang. Ukuran ’jidat hitam” atau beda cara berbusana pun bisa menjadi arena pertikaian.
Sebenarnya, jauh sebelumnya, di negeri kita muncul beberapa kelompok Islam yang kehadirannya menghebohkan sehingga dilarang. Contoh yang terkenal adalah Islam Jamaah, DI/TII, Baha’i, Inkarus Sunnah, Darul Arqam, gerakan Usroh, aliran-aliran tasawuf berpaham wahdatul wujud, tarekat Mufarridiyah, juga gerakan Bantaqiyah (Aceh). Termasuk di dalamnya Ahmadiyah dan Syiah. Sederet fakta di atas kiranya bisa jadi gambaran betapa sikap saling sesat-menyesatkan terus bergulir selaju derap perkembangan zaman. Porosnya adalah sikap yang mengklaim terhadap kebenaran pendapatnya serta merasa diri sebagai yang paling benar dan selamat (firqah al-najy). Di Balik Penyesatan Kelompok yang divonis sesat atau sempalan selalu dipandang sebagai kelompok yang memisahkan diri dari ortodoksi yang berlaku. Di sini menebal keyakinan bahwa yang sesat adalah sesat; ada fatwanya atau tidak. Dulu, kita ingat saat panas-panasnya ribut antara kalangan Islam modernis dan kalangan tradisionalis, selalu muncul sikap saling tuding sesat-menyesatkan. Dari sudut pandangan ulama tradisional, kaum modernis adalah sesat, sedangkan kaum modernis justru menuduh lawannya menyimpang dari jalan yang lurus. Kelompok yang dituduh sesat tentu saja juga menganggap dirinya lebih benar daripada lawannya. Biasanya mereka justru merasa lebih yakin akan kebenaran paham atau pendirian mereka. Bahkan, sering kali mereka cenderung eksklusif dan kritis terhadap para ulama yang mapan.
Sepanjang sejarah Islam telah terjadi berbagai pergeseran dalam paham dominan, yang tidak lepas dari situasi politik. Dalam banyak hal, ortodoksi didukung oleh penguasa, sedangkan paham yang tak disetujui dicap sesat. Persoalan ortodoksi atau otoritas keagamaan terlihat sebagai sesuatu yang bisa berubah menurut zaman dan tempat. Ada kadar kontekstual. Paham Asy’ariyah pada masa Abbasiyah pernah dianggap sesat saat ulama Mu’tazililah yang waktu itu didukung penguasa merupakan golongan yang dominan. Bahwa akhirnya paham Asy’ari-lah yang menang juga tidak lepas dari faktor politik. Contoh lain di Iran. Syiah berhasil menggantikan Ahlussunnah sebagai paham dominan baru lima abad belakangan. Seperti diketahui, Syiah Itsna ’asyara kini merupakan ortodoksi di Iran. Sampai abad ke-10 H (abad ke-16 M), mayoritas penduduk Iran masih menganut mazhab Syafi’i. Paham ini baru dominan setelah dinasti Safawiyah memproklamasikan Syiah sebagai mazhab resmi negara dan mendatangkan ulama Syi’ah dari Irak Selatan.
Komunikasi Dalam agama selalu ada yang sifatnya dogma (ma’lumun min al-diny bi al-dharurah). Ini jangan diulik-ulik, sebaliknya harus dihampiri dengan iman. Makanya, ketika muncul aliran-aliran ”aneh” seperti Lia Eden atau Al-Qiyadah yang mengaku-aku ”nabi” dengan menafikan ajaran yang sifatnya ritual, seperti tak wajib shalat lima waktu, sontak disikapi secara tandas. Aliran-aliran tersebut dihukum melenceng dari ajaran Islam yang baku. Kata ”sesat” sendiri di dalam Al Quran berasal dari akar kata dhalalah, yang dengan segala bentuk derivasinya disebutkan 193 kali. Bermacam-macam sifat dan perilaku manusia oleh Al Quran dinyatakan sebagai orang-orang yang sesat. Jangan lupa, ”penyesatan” juga dibidikkan kepada orang-orang zalim serta orang yang suka hidup mewah, berlebihan, dan korupsi.
Secara teoretis kita bisa meramalkan, semakin dekat ortodoksi kepada kemapanan politik dan ekonomi, semakin kuat kecenderungan radikalisme gerakan kelompok yang diinisiasi sesat. Nah, disinilah perlunya dialog dan komunikasi secara terus-menerus, tidak hanya bereaksi dengan melarang-larang. Terputusnya komunikasi akan mengandung bahaya. Para tokoh agama perlu kembali memberikan perhatian lebih kepada umat dengan memberikan pemahaman keagamaan yang lebih mendalam agar masyarakat merasakan keteduhan dalam beragama serta meminimalkan ketegangan yang merusak harmoni keindonesiaan.
Label:
kutipan
05 Maret 2012
Bahagia atau Sedih?
Kebahagiaan memang menawan, tetapi hanya memberi sedikit pelajaran.
Kesedihan memeang menakutkan, namun teramat banyak manusia yang bercahaya hidupnya karena berhasil melewati gunungan kesedihan.
- Gde Prama, "Pencerahan Dalam Perjalanan, Gramedia, 2010
Kesedihan memeang menakutkan, namun teramat banyak manusia yang bercahaya hidupnya karena berhasil melewati gunungan kesedihan.
- Gde Prama, "Pencerahan Dalam Perjalanan, Gramedia, 2010
Label:
motivation words
20 Februari 2012
Freedom?
"Nobody can give you freedom. Nobody can give you equality or justice or anything. If you're a man, you take it."
-Malcolm X-
-Malcolm X-
Label:
motivation words
04 Februari 2012
Renungan Hati
Ketika wajah lelah memikirkan dunia, maka BERWUDHULAH,
Ketika tangan letih menggapai cita-cita, maka BERTAKBIRLAH,
Ketika pundak tak kuasa memikul amanah, maka BERSUJUDLAH,
Ikhlaskan semua dan mendekatlah kepada ALLAH,
agar TUNDUK di saat yang lain angkuh,
agar TEGUH di saat yang lain runtuh,
agar TEGAR saat yang lain rapuh,
dan SABAR di saat yang lain mengeluh.
sumber: @Eramuslim
Ketika tangan letih menggapai cita-cita, maka BERTAKBIRLAH,
Ketika pundak tak kuasa memikul amanah, maka BERSUJUDLAH,
Ikhlaskan semua dan mendekatlah kepada ALLAH,
agar TUNDUK di saat yang lain angkuh,
agar TEGUH di saat yang lain runtuh,
agar TEGAR saat yang lain rapuh,
dan SABAR di saat yang lain mengeluh.
sumber: @Eramuslim
Label:
bicara hati
26 Januari 2012
Siapakah Ulama Yang Sesungguhnya?
Kata ulama dalam bahasa Arab adalah bentuk plural dari dari kata ‘alim yang berarti tahu, mengerti, pandai dan sejenisnya. Kata ‘alim dalam al-Qur’an terulang sebanyak 106 kali, namun kata ulama tersebut dalam al-Qur’an hanya dua kali saja.
Pertama,dalam konteks ajakan al-Qur’an untuk memperhatikan turunnya hujan dari langit, gunung-gunung dan beraneka ragam jenis dan warna buah-buahan, hewan dan manusia, yaitu Q.S. Fatir: 28:
(وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ) (فاطر : 28 )
“... dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang tunduk kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah yang berpengetahuan dan memahami (ulama). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Maka yang dimaksud dengan ulama dalam ayat di atas ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah, yakni mereka yang memiliki pengetahuan tentang ayat-ayat Allah yang bersifat kauniyah (sains atau alam semesta). Karena di dalam al-Qur’an itu sendiri terdapat banyak anjuran yang mengajak manusia untuk menghayati alam semesta. Alam semesta adalah ciptaan Allah yang –karena keteraturan system dan kehebatan yang dimilikinya- mengandung hikmah yang luar biasa. Di balik kesempurnaan hukum alam semesta, terdapat bukti kekuasaan sang Pencipta. Maka dengan menyelidiki alam semesta, manusia akan semakin sadar dan insyaf akan kebesaran Tuhunnya dan semakin besar keinginannya untuk selalu dekat dengan-Nya. Maka membaca dan memahami ayat-ayat al-Qur’an itu, di samping ayat-ayat Qauliyah (teks al-Qur’an), Allah juga menciptakan alam semesta ini sebagai ayat-ayat Kauniyah (teks/tanda alam semesta) yang keduanya saling melengkapi. Oleh karena itu, istilah ulama dalam bahasa Arab modern juga berarti para cendekiawan dalam salah satu bidang sains dan teknologi.
Oleh karena itu... "Anda pun mungkin ulama, dengan pengetahuan dan kedalaman pemahaman yang anda miliki. Meski anda tidak memasang titel atau gelar tertentu di depan nama anda. Karena anda tidak berpikir sebagai pedagang pengetahuan agama (menjual agama demi perut)."
Muhammad SAW berulang mengatakan, "Aku hanyalah manusia, seperti kalian juga." Dari situlah sunnah rasulullah, sikap kepribadian Muhammad rasulullah.
sumber: Facebook @ SufiWay
Pertama,dalam konteks ajakan al-Qur’an untuk memperhatikan turunnya hujan dari langit, gunung-gunung dan beraneka ragam jenis dan warna buah-buahan, hewan dan manusia, yaitu Q.S. Fatir: 28:
(وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ) (فاطر : 28 )
“... dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang tunduk kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah yang berpengetahuan dan memahami (ulama). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Maka yang dimaksud dengan ulama dalam ayat di atas ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah, yakni mereka yang memiliki pengetahuan tentang ayat-ayat Allah yang bersifat kauniyah (sains atau alam semesta). Karena di dalam al-Qur’an itu sendiri terdapat banyak anjuran yang mengajak manusia untuk menghayati alam semesta. Alam semesta adalah ciptaan Allah yang –karena keteraturan system dan kehebatan yang dimilikinya- mengandung hikmah yang luar biasa. Di balik kesempurnaan hukum alam semesta, terdapat bukti kekuasaan sang Pencipta. Maka dengan menyelidiki alam semesta, manusia akan semakin sadar dan insyaf akan kebesaran Tuhunnya dan semakin besar keinginannya untuk selalu dekat dengan-Nya. Maka membaca dan memahami ayat-ayat al-Qur’an itu, di samping ayat-ayat Qauliyah (teks al-Qur’an), Allah juga menciptakan alam semesta ini sebagai ayat-ayat Kauniyah (teks/tanda alam semesta) yang keduanya saling melengkapi. Oleh karena itu, istilah ulama dalam bahasa Arab modern juga berarti para cendekiawan dalam salah satu bidang sains dan teknologi.
Oleh karena itu... "Anda pun mungkin ulama, dengan pengetahuan dan kedalaman pemahaman yang anda miliki. Meski anda tidak memasang titel atau gelar tertentu di depan nama anda. Karena anda tidak berpikir sebagai pedagang pengetahuan agama (menjual agama demi perut)."
Muhammad SAW berulang mengatakan, "Aku hanyalah manusia, seperti kalian juga." Dari situlah sunnah rasulullah, sikap kepribadian Muhammad rasulullah.
sumber: Facebook @ SufiWay
Label:
Sufi Way
25 Januari 2012
Meninggikan Derajat Allah SWT
Suatu ketika dalam pengembaraannya, Uwais al-Qarni bertemu dengan seorang Rahib.
Kemudian, Uwais bertanya, "Pertama-tama apa yang harus diperbuat untuk meninggikan derajat disisi Allah SWT?"
Sang Rahib menjawab, "Dengan tidak berbuat dzalim dan meringankan beban terhadap haqqul adami."
Walluhu A'lamu.
Kemudian, Uwais bertanya, "Pertama-tama apa yang harus diperbuat untuk meninggikan derajat disisi Allah SWT?"
Sang Rahib menjawab, "Dengan tidak berbuat dzalim dan meringankan beban terhadap haqqul adami."
Walluhu A'lamu.
source: Facebook @Keluarga Sakinah
Label:
bicara hati
22 Januari 2012
Tiga Cerita dalam Hidup Steve Jobs
Steve Jobs memaparkan 3 kisah hidupnya yang menarik ketika memberikan pidato di Stanford University, salah satu Universitas terbaik di dunia. Steve mengungkapkan bahwa terdapat tiga cerita dalam hidupnya.
Cerita pertama adalah tentang connecting the dots. Semua hal yang terjadi pada hidup kita adalah seperti titik-titik yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu garis yang bermakna. Kita tidak dapat mengetahui apa yang terjadi ke depan, namun ketika kita melihat kembali ke belakang, ternyata everything happens for a reason.
Kenyataan bahwa Steve dilahirkan sebagai anak yang kemudian diadopsi oleh keluarga lain, bahwa kemudian dia drop-out kuliah dan segera memulai bisnis Apple dan sebagai, itu adalah titik-titik dalam kehidupan yang menjadi suatu alur cerita.
‘Connecting the dots ‘ mengajarkan kita untuk mulai meninggalkan titik-titik pada sebuah kertas putih sehingga nantinya akan terhubung menjadi suatu garis lurus yang merupakan garis kesuksesan dunia dan akhirat.
Cerita kedua adalah tentang love and lost. Steve sebagai pendiri Apple dan orang yang sangat mencintai pekerjaannya, pernah ditendang dari perusahaan yang didirikannya tersebut dimana berbulan-bulan setelah itu dia merasa sangat kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya dan merasa ada disorientasi dalam hidup.
Namun Steve Jobs akhirnya bangkit dan mendirikan dua buah perusahaan besar NEXT dan PIXAR. Next kemudian dibeli kembali oleh Apple dan menjadikannya kembali sebagai CEO Apple yang menyelamatkan Apple dari jurang kebangkrutan dan menjadi perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di sektor teknologi informasi.
‘Love and lost’ mengajarkan kita untuk tidak mencintai segala sesuatu di dunia ini secara berlebihan karena suatu saat itu akan hilang. Love and Lost juga mengajarkan kita untuk tidak berputus asa atas rahmat Allah, karena segala sesuatu yang buruk menurut kita belum tentu buruk menurut-Nya.
Cerita yang ketiga adalah mengenai kematian. Steve Jobs terdeteksi kanker dan divonis mati oleh dokter pada tahun 2004, namun jauh sebelumnya sejak berusia 17 tahun, setiap pagi ketika bangun tidur, Steve selalu melihat di kaca dan berkata kepada dirinya sendiri “Suatu saat kematian pasti akan menimpa diriku, apapun yang terjadi. Seandainya hari ini adalah hari terakhirku, maka hari ini aku akan merubah dunia dan bermanfaat kepada orang lain.”
Label:
motivation words
21 Januari 2012
Siapakah Engkau?
Seorang pencari hakikat sakit keras dan berada dalam kondisi seperti sakaratulmaut menghadapi ajalnya. Tiba-tiba, entah mimpi atau bukan, dia merasa dibawa ke sebuah ruang bertabur cahaya dan berdiri di muka Tahta Pengadilan.
"Siapa engkau?" kata suara kepadanya. "Aku ini ayah empat orang anak."
"Aku tidak bertanya, engkau ayahnya siapa, tetapi siapa engkau itu?"
"Aku ini guru di sekolah."
"Aku tidak menanyakan pekerjaanmu, tetapi siapa engkau itu."
Dan demikianlah seterusnya. Tidak peduli apa yang menjadi jawabannya, rupanya itu bukan jawaban yang memuaskan terhadap pertanyaan: "Engkau itu siapa?"
"Aku ini seorang muslim."
"Aku tidak menanyakan agamamu, tetapi engkau itu siapa."
"Aku ini seseorang, yang tiap hari pergi ke masjid dan selalu membantu orang miskin dan orang dalam kesulitan."
"Aku tidak menanyakan perbuatanmu, tetapi siapa engkau itu."
Ia jelas gagal menjawab pertanyaan-pertanyaan, kemudian dikirim kembali ke dunia, sembuh dari sakitnya.
Ia pun berniat menemukan siapa dirinya. Dan itulah yang membuat sikap hidupnya berbeda sama sekali.
Akhirnya dia menemukan siapa dirinya: bukan siapa-siapa, hanya seorang hamba di antara hamba-hamba Yang Maha Segalanya.
sumber: facebook @SufiWay
"Siapa engkau?" kata suara kepadanya. "Aku ini ayah empat orang anak."
"Aku tidak bertanya, engkau ayahnya siapa, tetapi siapa engkau itu?"
"Aku ini guru di sekolah."
"Aku tidak menanyakan pekerjaanmu, tetapi siapa engkau itu."
Dan demikianlah seterusnya. Tidak peduli apa yang menjadi jawabannya, rupanya itu bukan jawaban yang memuaskan terhadap pertanyaan: "Engkau itu siapa?"
"Aku ini seorang muslim."
"Aku tidak menanyakan agamamu, tetapi engkau itu siapa."
"Aku ini seseorang, yang tiap hari pergi ke masjid dan selalu membantu orang miskin dan orang dalam kesulitan."
"Aku tidak menanyakan perbuatanmu, tetapi siapa engkau itu."
Ia jelas gagal menjawab pertanyaan-pertanyaan, kemudian dikirim kembali ke dunia, sembuh dari sakitnya.
Ia pun berniat menemukan siapa dirinya. Dan itulah yang membuat sikap hidupnya berbeda sama sekali.
Akhirnya dia menemukan siapa dirinya: bukan siapa-siapa, hanya seorang hamba di antara hamba-hamba Yang Maha Segalanya.
sumber: facebook @SufiWay
Label:
Sufi Way
20 Januari 2012
3 Tahapan Keyakinan
Ilmul-Yaqin, ilmu yang diketahui, teruji dan terbukti;
Ainul-Yaqin, keadaannya mewujud dan tersaksikan;
Haqqul-Yaqin, suatu cara ganda dimana ada penyatuan antara yang menyaksikan dan yang disaksikan.
Di luar tingkatan ini, kata-kata tidak bisa mewakilinya.
Sufi tidak menyembah sesuatu pun kecuali Allah, Yang Mahaunik dan Mahatunggal.
Namun sifat Tuhan sebagaimana dipahami Sufi itu tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata lahiriah yang digunakan untuk tujuan-tujuan lain. Sebagai contoh, "tempat tinggal" Tuhan bukanlah di mana Tuhan itu berada. Tidak ada kemungkinan untuk memperdebatkan eksistensi atau tempat Tuhan, sebab Tuhan tidak bisa diukur dengan takaran akal manusia.
Pengetahuan ini merupakan hasil dari apa yang disebut keyakinan, yang memiliki modus operandinya sendiri, bukan seperti pengetahuan dogmatis. Oleh sebab itu, Sufisme memiliki ilmunya sendiri untuk mendekati persoalan tersebut. Ilmu ini berdasar pengalaman batin, bukan pemikiran spekulasi.
sumber: SufiWay
Label:
Sufi Way
06 Januari 2012
Rap Brown, Siapakah Dia?
Dalam sebuah demonstrasi, Rap Brown memperingatkan, "Kalau Amerika tidak segera sadar, maka negeri ini akan hancur." Di lain kesempatan dia bilang, "Kekerasan adalah ciri utama orang-orang Amerika."
Rap Brown memilih nama Rap, katanya, karena hanya itulah --menyanyi rap-- satu-satunya yang bisa dia kerjakan. Ketika FBI dipimpin oleh J. Edgar Hoover, Brown berada di bawah pengawasan ketat agen rahasia ini. Mereka menuduh Brown telah melakukan aktivitas subversif yang mengancam warga Amerika kulit putih dan para pembayar pajak.
Perburuan terhadapnya berhenti di New York ketika dia luka tertembak. Di penjara, dia masuk Islam. Sampai di sinilah dia mengukir reputasi sebagai pemberontak.
Rap Brown bertutur:
Saya menjadi seorang Muslim ketika saya sedang menjalani hukuman penjara di New York. Gerakan Dar-ul-Islam menyelenggarakan program-program dakwah, termasuk mendatangi penjara-penjara untuk menyelenggarakan shalat Jumat.
Kehidupan di dunia ini merupakan penjara bagi orang-orang beriman, dan surga bagi orang-orang yang tak beriman. Sekolah-sekolah dalam beberapa hal sebenarnya mirip dengan penjara, karena itu sesungguhnya saya telah menjadi narapidana jauh sebelum masuk penjara sungguhan.
Kemana pun Anda pergi sesungguhnya merupakan sekolah, tempat belajar. Sebagian orang pergi ke Harvard, Yale, Darmaounth, dan juga Boston College. Sejumlah lainnya pergi ke Attica dan Auburn, juga Sing Sing. Tetapi sesungguhnya proses belajar tak terhenti dan terbatas di kampus-kampus itu, melainkan berkelanjutan.
Saya menjalani masa hukuman penjara lima tahun, sekali jalan. Kalau dihitung-hitung seluruh masa saya mendekam di penjara lebih panjang dari masa yang seharusnya. Saya kira semua aktivis gerakan hak-hak sipil akan marah, kalau mengetahui keadaan saya. Tetapi Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak melakukan tindakan yang didasari dan dikendalikan oleh amarah. Rasul menjelaskan bahwa orang yang kuat bukanlah jagoan gulat, tetapi mereka yang dapat mengendalikan nafsu amarahnya. Bukan berarti Anda tak boleh marah dalam situasi apa pun. Yang ingin ditekankan adalah bahwa, kalau Anda tak mampu mengendalikan nafsu amarah, Anda bisa jadi korban.
Allah telah menciptakan manusia untuk berjuang. Ini merupakan esensi yang paling mendasar dari penciptaan manusia; yang secara alamiah memang harus mengalami perjuangan terus menerus untuk mencapai kemajuan, bahkan sejak kelahirannya. Ketika sel-sel sperma berebut membuahi sel telur, kemudian tumbuh menjadi janin, di sana pun sudah ada perjuangan yang berlangsung terus hingga bayi dilahirkan. Itulah ciri kehidupan manusia, semuanya merupakan perjuangan.
Rap Brown kemudian lebih dikenal dengan nama Jamil Abdullah Al-Amin, Imam sebuah masjid besar di Atlanta. Sebagai pemimpin gerakan yang dahulu dikenal sebagai Dar-ul-Islam yang pernah bermarkas di Brooklyn, dia merupakan salah satu pemimpin Muslim yang paling berpengaruh di Amerika. Pengikutnya ada sekitar 10.000 Muslim tersebar di lebih dari tiga puluh kota seluruh Amerika, antara lain Chicago, New York, dan Detroit.
Dia pemilik sebuah toko kelontong di Atlanta yang terletak di seberang lapangan basket. Tokonya menjual kembang gula untuk anak-anak di lingkungan itu. Mereka semua menghormatinya. Tetangga-tetangga di sekitar memanggilnya "Imam".
Sumber:
Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X oleh Steven Barbosa
Judul Asli: American Jihad, Islam After Malcolm X
Terbitan Bantam Doubleday, Dell Publishing Group, Inc., New York
Rap Brown memilih nama Rap, katanya, karena hanya itulah --menyanyi rap-- satu-satunya yang bisa dia kerjakan. Ketika FBI dipimpin oleh J. Edgar Hoover, Brown berada di bawah pengawasan ketat agen rahasia ini. Mereka menuduh Brown telah melakukan aktivitas subversif yang mengancam warga Amerika kulit putih dan para pembayar pajak.
Perburuan terhadapnya berhenti di New York ketika dia luka tertembak. Di penjara, dia masuk Islam. Sampai di sinilah dia mengukir reputasi sebagai pemberontak.
Rap Brown bertutur:
Saya menjadi seorang Muslim ketika saya sedang menjalani hukuman penjara di New York. Gerakan Dar-ul-Islam menyelenggarakan program-program dakwah, termasuk mendatangi penjara-penjara untuk menyelenggarakan shalat Jumat.
Kehidupan di dunia ini merupakan penjara bagi orang-orang beriman, dan surga bagi orang-orang yang tak beriman. Sekolah-sekolah dalam beberapa hal sebenarnya mirip dengan penjara, karena itu sesungguhnya saya telah menjadi narapidana jauh sebelum masuk penjara sungguhan.
Kemana pun Anda pergi sesungguhnya merupakan sekolah, tempat belajar. Sebagian orang pergi ke Harvard, Yale, Darmaounth, dan juga Boston College. Sejumlah lainnya pergi ke Attica dan Auburn, juga Sing Sing. Tetapi sesungguhnya proses belajar tak terhenti dan terbatas di kampus-kampus itu, melainkan berkelanjutan.
Saya menjalani masa hukuman penjara lima tahun, sekali jalan. Kalau dihitung-hitung seluruh masa saya mendekam di penjara lebih panjang dari masa yang seharusnya. Saya kira semua aktivis gerakan hak-hak sipil akan marah, kalau mengetahui keadaan saya. Tetapi Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak melakukan tindakan yang didasari dan dikendalikan oleh amarah. Rasul menjelaskan bahwa orang yang kuat bukanlah jagoan gulat, tetapi mereka yang dapat mengendalikan nafsu amarahnya. Bukan berarti Anda tak boleh marah dalam situasi apa pun. Yang ingin ditekankan adalah bahwa, kalau Anda tak mampu mengendalikan nafsu amarah, Anda bisa jadi korban.
Allah telah menciptakan manusia untuk berjuang. Ini merupakan esensi yang paling mendasar dari penciptaan manusia; yang secara alamiah memang harus mengalami perjuangan terus menerus untuk mencapai kemajuan, bahkan sejak kelahirannya. Ketika sel-sel sperma berebut membuahi sel telur, kemudian tumbuh menjadi janin, di sana pun sudah ada perjuangan yang berlangsung terus hingga bayi dilahirkan. Itulah ciri kehidupan manusia, semuanya merupakan perjuangan.
Rap Brown kemudian lebih dikenal dengan nama Jamil Abdullah Al-Amin, Imam sebuah masjid besar di Atlanta. Sebagai pemimpin gerakan yang dahulu dikenal sebagai Dar-ul-Islam yang pernah bermarkas di Brooklyn, dia merupakan salah satu pemimpin Muslim yang paling berpengaruh di Amerika. Pengikutnya ada sekitar 10.000 Muslim tersebar di lebih dari tiga puluh kota seluruh Amerika, antara lain Chicago, New York, dan Detroit.
Dia pemilik sebuah toko kelontong di Atlanta yang terletak di seberang lapangan basket. Tokonya menjual kembang gula untuk anak-anak di lingkungan itu. Mereka semua menghormatinya. Tetangga-tetangga di sekitar memanggilnya "Imam".
Sumber:
Jihad Gaya Amerika, Islam Setelah Malcolm X oleh Steven Barbosa
Judul Asli: American Jihad, Islam After Malcolm X
Terbitan Bantam Doubleday, Dell Publishing Group, Inc., New York
Label:
creative peoples,
greeting islam
18 Desember 2011
SEORANG Pengembara duduk di depan Guru,
"Guru, saya telah mengelilingi dunia untuk mencari Kedamaian dan KEBAHAGIAAN, namun yang saya dapatkan hanyalah rasa capek dan putus asa. Saya tidak menemukannya."
Guru menjawab. "Saudara, mengapa engkau tidak mencoba saja DUDUK di SINI, di TEMPAT INI. Ketika PIKIRAN-mu berhenti MENCARI, Kebahagiaan itu akan DATANG dengan sendirinya."
(Tibetan's ancient wisdom)
Label:
motivation words
13 Desember 2011
Segalanya Ada di Dalam Diri.
Jangan terlalu jauh mencari keindahan.
Keindahan ada di dalam diri.
Bahkan seluruh dunia ada di dalam diri.
Jadikan dirimu cinta.
Supaya dapat memandang dunia.
Pusatkan pikiran heningkan cipta siang malam, berjagalah!
Segala yang ada di sekelilingmu adalah buah amal perbuatanmu.
Keindahan ada di dalam diri.
Bahkan seluruh dunia ada di dalam diri.
Jadikan dirimu cinta.
Supaya dapat memandang dunia.
Pusatkan pikiran heningkan cipta siang malam, berjagalah!
Segala yang ada di sekelilingmu adalah buah amal perbuatanmu.
(Sunan Bonang, pertengahan Abad XV)
Label:
Sufi Way
29 November 2011
INDUSTRI KREATIF INDONESIA TERUS MENINGKAT
Pada 2010 industri kreatif memberi kontribusi Rp 462,38 triliun, setara 7,2% dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Program ini dapat dikemas menjadi bagian dalam program-program musik dan seni budaya lainnya.
Sub-sektor yang merupakan industri berbasis kreativitas di Indonesia adalah:
1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan, yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.
2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior).
3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.
4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).
5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.
6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.
8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.
9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
10. Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.
11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.
12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.
13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.
14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.
15. Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan passar internasional. Studi dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi selengkap mungkin mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis.
Label:
creative peoples
25 November 2011
Perbanyak Ide maka Engkau tak akan Kekurangan Uang...
Hanya mengandalkan satu sumber penghasilan?
Boleh saja, tetapi fakta menunjukkan satu sumber penghasilan tidak akan mencukupi di jaman serba mahal seperti sekarang ini.
Ide adalah uang. Mereka yang mempunyai banyak ide kreatif pasti tidak akan kekurangan uang. Maka perbanyaklah ide. Carilah peluang-peluang baru yang bisa mendatangkan pundi-pundi uang.
Temukan kelebihanmu, tutupi kekuranganmu.Jangan mudah menyerah.
Dan bekerjalah dengan penuh cinta.
Label:
motivation words
Langganan:
Postingan (Atom)