Tiga Cerita dalam Hidup Steve Jobs
Steve Jobs memaparkan 3 kisah hidupnya yang menarik ketika memberikan pidato di Stanford University, salah satu Universitas terbaik di dunia. Steve mengungkapkan bahwa terdapat tiga cerita dalam hidupnya.
Cerita pertama adalah tentang connecting the dots. Semua hal yang terjadi pada hidup kita adalah seperti titik-titik yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu garis yang bermakna. Kita tidak dapat mengetahui apa yang terjadi ke depan, namun ketika kita melihat kembali ke belakang, ternyata everything happens for a reason.
Kenyataan bahwa Steve dilahirkan sebagai anak yang kemudian diadopsi oleh keluarga lain, bahwa kemudian dia drop-out kuliah dan segera memulai bisnis Apple dan sebagai, itu adalah titik-titik dalam kehidupan yang menjadi suatu alur cerita.
‘Connecting the dots ‘ mengajarkan kita untuk mulai meninggalkan titik-titik pada sebuah kertas putih sehingga nantinya akan terhubung menjadi suatu garis lurus yang merupakan garis kesuksesan dunia dan akhirat.
Cerita kedua adalah tentang love and lost. Steve sebagai pendiri Apple dan orang yang sangat mencintai pekerjaannya, pernah ditendang dari perusahaan yang didirikannya tersebut dimana berbulan-bulan setelah itu dia merasa sangat kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya dan merasa ada disorientasi dalam hidup.
Namun Steve Jobs akhirnya bangkit dan mendirikan dua buah perusahaan besar NEXT dan PIXAR. Next kemudian dibeli kembali oleh Apple dan menjadikannya kembali sebagai CEO Apple yang menyelamatkan Apple dari jurang kebangkrutan dan menjadi perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di sektor teknologi informasi.
‘Love and lost’ mengajarkan kita untuk tidak mencintai segala sesuatu di dunia ini secara berlebihan karena suatu saat itu akan hilang. Love and Lost juga mengajarkan kita untuk tidak berputus asa atas rahmat Allah, karena segala sesuatu yang buruk menurut kita belum tentu buruk menurut-Nya.
Cerita yang ketiga adalah mengenai kematian. Steve Jobs terdeteksi kanker dan divonis mati oleh dokter pada tahun 2004, namun jauh sebelumnya sejak berusia 17 tahun, setiap pagi ketika bangun tidur, Steve selalu melihat di kaca dan berkata kepada dirinya sendiri “Suatu saat kematian pasti akan menimpa diriku, apapun yang terjadi. Seandainya hari ini adalah hari terakhirku, maka hari ini aku akan merubah dunia dan bermanfaat kepada orang lain.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar