26 Januari 2012

Siapakah Ulama Yang Sesungguhnya?

Kata ulama dalam bahasa Arab adalah bentuk plural dari dari kata ‘alim yang berarti tahu, mengerti, pandai dan sejenisnya. Kata ‘alim dalam al-Qur’an terulang sebanyak 106 kali, namun kata ulama tersebut dalam al-Qur’an hanya dua kali saja.

Pertama,dalam konteks ajakan al-Qur’an untuk memperhatikan turunnya hujan dari langit, gunung-gunung dan beraneka ragam jenis dan warna buah-buahan, hewan dan manusia, yaitu Q.S. Fatir: 28:

(وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ) (فاطر : 28 )

“... dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang tunduk kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah yang berpengetahuan dan memahami (ulama). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Maka yang dimaksud dengan ulama dalam ayat di atas ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah, yakni mereka yang memiliki pengetahuan tentang ayat-ayat Allah yang bersifat kauniyah (sains atau alam semesta). Karena di dalam al-Qur’an itu sendiri terdapat banyak anjuran yang mengajak manusia untuk menghayati alam semesta. Alam semesta adalah ciptaan Allah yang –karena keteraturan system dan kehebatan yang dimilikinya- mengandung hikmah yang luar biasa. Di balik kesempurnaan hukum alam semesta, terdapat bukti kekuasaan sang Pencipta. Maka dengan menyelidiki alam semesta, manusia akan semakin sadar dan insyaf akan kebesaran Tuhunnya dan semakin besar keinginannya untuk selalu dekat dengan-Nya. Maka membaca dan memahami ayat-ayat al-Qur’an itu, di samping ayat-ayat Qauliyah (teks al-Qur’an), Allah juga menciptakan alam semesta ini sebagai ayat-ayat Kauniyah (teks/tanda alam semesta) yang keduanya saling melengkapi. Oleh karena itu, istilah ulama dalam bahasa Arab modern juga berarti para cendekiawan dalam salah satu bidang sains dan teknologi.

Oleh karena itu... "Anda pun mungkin ulama, dengan pengetahuan dan kedalaman pemahaman yang anda miliki. Meski anda tidak memasang titel atau gelar tertentu di depan nama anda. Karena anda tidak berpikir sebagai pedagang pengetahuan agama (menjual agama demi perut)."

Muhammad SAW berulang mengatakan, "Aku hanyalah manusia, seperti kalian juga." Dari situlah sunnah rasulullah, sikap kepribadian Muhammad rasulullah.



sumber: Facebook @ SufiWay

Tidak ada komentar:

Posting Komentar